Kesejahteraan dalam kehidupan manusia dan  keluarga  erat kaitannya dengan kemampuan finansial setiap orang. Kapasitas finansial bukan hanya kemampuan memperoleh penghasilan yang cukup, namun juga kemampuan mengelola keuangan secara bijak dan wajar. Pengelolaan keuangan memegang peranan yang sangat penting dalam menentukan tingkat kebahagiaan seseorang dan keluarganya. Dikutip oleh Subroto Rapih  dalam jurnal “Literacy Education for Disadvantaged Children”, bahwa keuangan keluarga dapat muncul dari pengetahuan keuangan yang tidak memadai dan berkaitan dengan kesehatan fisik individu dan keluarganya (Norvilitis, Szablicki dan Wilson, 2003), ekonomi (Alhabeeb, 1999) dan psikologi (John, 1999). Kondisi lain yang dapat meningkatkan beban keuangan keluarga adalah keputusan ekonomi yang meningkatkan utang konsumen dan risiko kebangkrutan (Lyons & Hunt, 2003), dan hilangnya tabungan dan investasi di masa pensiun (Lyons & Hunt, 2003). 1998) dan pengelolaan keuangan yang sembrono. (Allen, Edwards, Hayhoe, & Leach, 2007).

Situasi dunia  semakin saling terkait antara satu negara  dengan negara lainnya, sehingga gejolak ekonomi di suatu negara akan mempengaruhi perekonomian negara lain. Hal ini membuat risiko krisis ekonomi dan keuangan  semakin besar. Oleh karena itu, keterampilan pengelolaan keuangan sangatlah penting, baik  untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari maupun untuk menangani situasi krisis yang mungkin timbul kapan saja. Keterampilan manajemen keuangan juga penting untuk mempersiapkan  kebutuhan hidup di masa depan. Untuk memenuhi kebutuhan, termasuk kebutuhan sehari-hari, kebutuhan  kesehatan, kebutuhan pendidikan anak-anak dan kebutuhan keselamatan orang lanjut usia, pengelolaan keuangan yang bijaksana dan terencana sangatlah penting. .

Dikutip dari Subroto Rapih dalam jurnalnya yang berjudul “Pendidikan Literasi Pada Usia Dini” yaitu beberapa studi telah menemukan bukti bahwa sikap individu terhadap keuangan terkait dengan kebiasaan mereka belanja, praktek keuangan, dan perilaku (Rapih, 2016). Hal tersebut identik dengan kebiasaan masyarakat Indonesia yang cenderung konsumtif serta mempunyai kebiasaan berbelanja dan mengalokasikan uang mereka untuk hal – hal yang bersifat jangka pendek. Selain itu, kebiasaan masyarakat Indonesia dalam melakukan aktivitas konsumsi biasanya melakukan pembelian barang berdasarkan atas dasar kesukaan dan ketertarikan terhadap model barang yang terlihat menarik, melakukan pembelian barang tanpa adanya perencanaan, membeli barang atas pertimbangan harga serta tidak mempertimbangkan manfaat maupun kegunaan, membeli barang dengan harga yang mahal atau barang dengan merek ternama akan menimbulkan rasa percaya diri yang tinggi, membeli barang dengan jenis sama namun dari merek yang berbeda, membeli barang demi menjaga penampilan diri dan gengsi, serta membeli barang untuk menjaga simbol status (Astuti, 2013).

Dilihat dari pentingnya pengetahuan yang mendalam tentang literasi keuangan membuat pendidikan literasi keuangan sangat diperlukan untuk mendidik manusia yang sadar dan faham tentang bagaimana cara mengelola keuangan secara bijak dan sesuai dengan kebutuhan. Pendidikan literasi keuangan harus diberikan sedini mungkin kepada anak terutama anak pada usia pra sekolah dan sekolah dasar, karena dengan pengenalan terhadap pengetahuan literasi keuangan sejak dini akan membuat anak terbiasa mengelola keuangan dengan baik dan benar dimasa yang akan datang. Di Indonesia, pendidikan  keuangan masih  jarang diberikan. Baik di tingkat keluarga maupun sekolah,  pendidikan  keuangan masih belum diberikan secara serius dan terencana. Dalam budaya  kita,  membicarakan  uang di depan anak-anak adalah hal yang tabu. Oleh karena itu, pengetahuan, sikap dan keterampilan mengenai kesehatan keuangan keluarga tidak dimasukkan dalam kurikulum di tingkat dasar dan menengah, bahkan di tingkat universitas. Sehingga berkembang anggapan bahwa pengetahuan finansial bukanlah sebuah keterampilan hidup  yang harus diwariskan kepada anak.

Edukasi keuangan pada anak tidak hanya sekedar  pengenalan terhadap uang, namun lebih jauh lagi, pendidikan  keuangan pada anak merupakan sebuah konsep yang mengenalkan pengelolaan keuangan yang bijak dan kemampuan mengendalikan pengeluaran keuangan dengan membedakan mana yang merupakan kebutuhan dan mana yang hanya sekedar kebutuhan. menginginkan. Mengenalkan anak pada perbedaan antara kebutuhan dan keinginan akan membantunya terbiasa memiliki kendali atas pengeluarannya sendiri. Seorang anak harus memiliki pengetahuan dan keterampilan dasar untuk membuat keputusan pribadi yang penting baginya (Chen & Volpe, 1998), namun sayangnya, anak-anak jarang memperoleh pengetahuan dan keterampilan dasar ini, bahkan di rumah atau di sekolah. Hal ini menyebabkan anak tumbuh tanpa  pengetahuan  pengelolaan keuangan yang cukup, sehingga dapat mempengaruhi kesehatan keuangan pribadi atau keluarganya di kemudian hari. Setiap manusia mempunyai siklus hidup sehingga apa yang dilakukannya akan menentukan kesejahteraannya di masa depan. Dengan kata lain, kesejahteraan di masa depan merupakan fungsi dari masa lalu. Salah satu bentuk kesejahteraan adalah berhasil mencapai kebebasan keuangan dalam hidup. Untuk berhasil mewujudkannya membutuhkan pendidikan keuangan supaya nanti setelah dewasa, anak-anak akan cerdas dan mahir mengelola uang untuk akumulasi aset keuangan (Sina, 2014). Makalah ini akan mengkaji tentang pentingnya pendidikan literasi keuangan pada anak, bagaimana menanamkan nilai – nilai literasi keuangan yang efektif pada anak, serta peran dari keluarga serta sekolah untuk menanamkan nilai – nilai pendidikan literasi keuangan pada anak. Metode penulisan makalah yaitu menggunakan kajian literatur yang diambil dari berbagai sumber.

Bagaimana cara mengajarkan pendidikan literasi keuangan pada anak? Untuk mengajarkan pendidikan literasi keuangan pada anak, perlu kerjasama dan sinergi dari berbagai pihak agar pendidikan keuangan benar – benar terinternalisasi pada pola fikir serta dapat termanifestasi pada perilaku anak sehari – hari. Keluarga merupakan sumber pertama yang harus mengenalkan pada anak tentang bagaimana cara mengelola keuangan dengan baik. Selanjutnya adalah pihak sekolah, sekolah sebagai tempat dimana anak belajar dan mengenal berbagai macam hal baru serta dimana anak mendapatkan pengalaman – pengalaman baru juga harus memberikan edukasi – edukasi yang baik tentang pengelolaan keuangan. Makalah ini akan mengkaji tentang pentingnya pendidikan literasi keuangan pada anak, bagaimana menanamkan nilai – nilai literasi keuangan yang efektif pada anak, serta peran dari keluarga serta sekolah untuk menanamkan nilai – nilai pendidikan literasi keuangan pada anak. Metode penulisan makalah yaitu menggunakan kajian literatur yang diambil dari berbagai sumber.

Pengertian Literasi Keuangan

Menurut Otoritas Jasa Keuangan, Literasi keuangan atau Financial Literacy adalah tingkat pengetahuan, keterampilan, keyakinan masyarakat terkait lembaga keuangan serta produk dan jasanya yang dituangkan dalam parameter ukuran indeks (Keuangan, 2014). Literasi keuangan membantu dalam memberikan pemahaman tentang mengelola keuangan dan peluang untuk mencapai kehidupan yang lebih sejahtera dimasa yang akan datang. Literasi keuangan sangat penting untuk seseorang dalam membuat keputusan terutama yang berkaitan dengan aktivitas sehari-hari seperti dalam mengambil keputusan untuk menabung (saving) atau investasi (Investment) untuk mencapai tujuan yang sudah ditentukan sebelumnya. Literasi keuangan selain bermanfaat bagi individunya sendiri juga bermanfaat untuk keberlangsungan sistem perekonomian suatu Negara.

Literasi dapat dipahami sebagai proses  yang dikonstruksi secara sosial. Proses literasi menitikberatkan pada interaksi pembelajaran  antara orang dewasa (baik orang tua di rumah maupun guru di kelas) dan siswa. Edukasi keuangan dapat dipahami sebagai  pemahaman menyeluruh dan mendalam mengenai pengelolaan keuangan pribadi atau keluarga, memberikan seseorang wewenang, pemahaman dan keyakinan penuh terhadap keputusan keuangan yang diambil. Sebagaimana dikemukakan oleh Vitt et al (2000), literasi keuangan didefinisikan sebagai kemampuan membaca, menganalisis, mengelola, dan mengkomunikasikan tentang kondisi keuangan pribadi yang mempengaruhi kesejahteraan materi.

Literasi keuangan mencakup kemampuan mengatur kebutuhan keuangan, mendiskusikan masalah keuangan, merencanakan masa depan, dan menyikapi secara bijak  peristiwa kehidupan yang mempengaruhi keputusan keuangan sehari-hari, termasuk peristiwa ekonomi secara umum. Pendidikan literasi keuangan sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia. Dalam banyak kasus berbeda, menunjukkan bahwa keakuratan dalam pengambilan keputusan keuangan sangat menentukan kebahagiaan masa depan masyarakat. Oleh karena itu, masyarakat perlu dibekali dengan pendidikan literasi keuangan yang berkualitas dan terencana.

Menurut OECD (2005), pendidikan keuangan didefinisikan sebagai proses peningkatan kapasitas di mana konsumen atau  investor meningkatkan pemahaman mereka tentang produk dan konsep keuangan melalui informasi, bimbingan dan nasihat untuk mengembangkan keterampilan, kepercayaan diri dan kesadaran akan risiko keuangan dan meningkatkan risiko keuangan. peluang untuk mendapatkan keuntungan. uang, membuat keputusan keuangan yang cerdas, mengetahui di mana mencari dukungan keuangan dan mampu mengambil langkah-langkah alternatif untuk meningkatkan kesejahteraan. Literasi keuangan dapat diartikan sebagai  pemahaman menyeluruh terhadap berbagai risiko yang muncul ketika mengambil keputusan keuangan. Sehingga seseorang yang memiliki pengetahuan keuangan yang baik  dapat mengambil keputusan terkait keuangan secara bijak. Hal ini sesuai dengan pandangan Mason & Wilson (dalam Krisna, et.al, 2010) yang berpendapat bahwa literasi keuangan adalah kemampuan seseorang untuk mengumpulkan, memahami dan mengevaluasi informasi terkait masalah keuangan, mengambil keputusan dengan memahami konsekuensi keuangannya. . Oleh karena itu, pendidikan  keuangan sangat penting untuk diajarkan  sedini dan sebaik-baiknya.

Literasi keuangan sendiri merupakan salah satu bagian dari literasi keuangan. Pengetahuan keuangan sifatnya lebih rinci dibandingkan pengetahuan keuangan umum. Huston (2010) menegaskan pengetahuan finansial merupakan aspek integral dari pengetahuan finansial namun belum bisa menggambarkan pengetahuan finansial seseorang. Literasi keuangan mempunyai aspek penerapan tambahan yang mengandung arti bahwa seseorang harus mempunyai kemampuan dan kepercayaan diri dalam menggunakan pengetahuan keuangannya untuk mengambil keputusan. Dalam hal ini, pengambilan keputusan yang tepat merupakan inti dari literasi keuangan. Ekonomi adalah ilmu  menyeimbangkan permintaan dan pendapatan. Oleh karena itu, pengambilan keputusan merupakan  hal yang tidak bisa dihindari dalam pengelolaan perekonomian, khususnya pengelolaan keuangan.

Tingkat Literasi Keuangan

Menurut Badan Jasa Keuangan, tingkat literasi keuangan seseorang terbagi dalam empat kategori tingkatan (Keuangan, 2014), yaitu:

  1. Well literate (21,84%), yaitu memiliki pengetahuan dan keyakinan terhadap jasa dan produk keuangan, termasuk karakteristik, manfaat dan risiko, hak dan kewajiban. terkait dengan produk dan jasa keuangan serta memiliki keterampilan dalam menggunakan produk dan jasa keuangan;
  2. Sufficient literate (75,69%), memiliki pengetahuan dan keyakinan tentang organisasi jasa keuangan serta produk dan jasa keuangan, termasuk karakteristik, manfaat manfaat, risiko, hak dan kewajiban terkait produk dan jasa keuangan;
  3. Less literate (2,06%), hanya memiliki pengetahuan tentang organisasi jasa keuangan, produk, jasa keuangan;
  4. Not literate (0,41%), tidak memiliki pengetahuan atau kepercayaan terhadap organisasi jasa keuangan serta produk dan layanan keuangan, dan tidak memiliki keterampilan dalam menggunakan produk dan layanan keuangan.

Aspek Literasi Keuangan

Menurut Chen dan Volpe, literasi keuangan dibagi menjadi empat aspek, secara spesifik sebagai berikut (Ulfatun dkk, 2016: 4):

  1. Memahami beberapa hal terkait pengetahuan dasar keuangan pribadi.
  2. Simpan Pinjam, bagian ini mencakup pengetahuan yang berkaitan dengan simpan pinjam seperti penggunaan kartu kredit.
  3. Asuransi (insurance), bagian ini mencakup pengetahuan dasar tentang asuransi dan produk asuransi seperti asuransi jiwa, asuransi kendaraan.
  4. Investasi (investasi), bagian ini mencakup pengetahuan tentang suku bunga pasar, reksa dana, dan risiko investasi.

Sedangkan menurut Nababan dan Sadalia (Budiono, 2012: 11), literasi keuangan dibagi menjadi 5 aspek pemahaman, yaitu:

  1. Basic Personal Finance. Keuangan pribadi dasar mencakup berbagai pemahaman dasar seseorang tentang sistem keuangan, seperti menghitung bunga sederhana, bunga majemuk, inflasi, biaya peluang, nilai waktu, klausul aset likuid, dll.
  2. Pengelolaan uang (manajemen uang). Manajemen keuangan mempelajari bagaimana seseorang mengelola uang pribadinya. Semakin seseorang memahami literasi keuangan, maka ia akan semakin baik dalam mengelola uang pribadinya.
  3. Pengelolaan kredit dan utang. Pengelolaan perkreditan merupakan serangkaian kegiatan dan komponen yang saling berhubungan secara sistematis dalam proses pengumpulan dan penyajian informasi perkreditan bagi bank.
  4. Tabungan dan investasi. Tabungan adalah bagian pendapatan masyarakat yang tidak digunakan untuk kegiatan konsumsi, sedangkan bagian  tabungan yang digunakan untuk kegiatan ekonomi yang menguntungkan (produksi barang dan jasa)  disebut investasi.
  5. Manajemen risiko. Resiko merupakan sesuatu yang timbul dari ketidakpastian. Manajemen risiko bertujuan untuk mengelola risiko sedemikian rupa sehingga meminimalkan kerugian yang terjadi atau memaksimalkan keuntungan yang diperoleh.

Tolak Ukur Literasi Keuangan

Literasi keuangan tercermin dari pengetahuan dan kemampuan kognitif seseorang  mengenai keuangan. Menurut Remund (2010: 45),  empat elemen literasi keuangan yang paling umum adalah pengetahuan dan keterampilan penganggaran, tabungan, peminjaman, dan investasi.

Variabel literasi keuangan secara  luas mengukur kemampuan seseorang dalam memahami nilai tukar, karakteristik jasa  keuangan, catatan keuangan, dan sikap terhadap pengeluaran keuangan. Menurut Widayat (2010: 76), ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam mengukur literasi keuangan, yaitu:

  1. Menyusun/merencanakan anggaran pendapatan yang akan diterima.
  2. Menyiapkan/merencanakan anggaran untuk biaya-biaya tak terduga.
  3. Kesesuaian dengan rencana pengeluaran anggaran.
  4. Memahami nilai uang yang sebenarnya.
  5. Memahami nilai nominal uang.
  6. Memahami inflasi.

Menurut Australian Securities and Investments Commission, untuk menentukan tingkat literasi keuangan seseorang dapat digunakan kriteria pengetahuan sebagai berikut (Yunikawati, 2012:61):

  1. Pengetahuan tentang nilai aset seseorang dan skala prioritas dalam hidupnya.
  2. Penganggaran, tabungan, dan cara mengelola uang Anda.
  3. Manajemen kredit.
  4. Pentingnya asuransi dan perlindungan terhadap risiko.
  5. Dasar-dasar investasi.
  6. Rencana pensiun.
  7. Manfaat membeli dan membandingkan produk Ke mana harus mencari nasihat, informasi, bimbingan dan dukungan lebih lanjut.
  8. Cara mengidentifikasi potensi konflik kegunaan (prioritas).

Bagaimana Cara Mengajarkan Literasi Keuangan Kepada Anak?

Saat ini, pendidikan literasi keuangan telah menjadi perhatian di beberapa negara. Hal ini disebabkan oleh semakin realistisnya kesadaran  akan korelasi antara kemampuan mengelola keuangan dengan kesejahteraan masyarakat dan  negara. Peristiwa yang berkaitan dengan kesalahan pengelolaan keuangan, seperti laporan tingginya utang kartu kredit, tingkat tabungan yang rendah dan negatif, serta peningkatan kebangkrutan pribadi, telah menyebabkan banyak negara  mengadopsi kebijakan keuangan.Buku pendidikan keuangan (Bernheim, Garrett dan Maki, 2001). Saat ini di Indonesia, sosialisasi  pendidikan literasi keuangan juga gencar dilaksanakan oleh organisasi terkait, antara lain Badan Jasa Keuangan (OJK), Bank Indonesia, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dll. Memang, pendidikan  keuangan yang diberikan sedini mungkin justru akan  membantu orang dewasa dalam mengelola dan mengambil keputusan mengenai keuangannya.

Kurangnya literasi keuangan akan sangat berdampak pada kesehatan keuangan seseorang. Hal ini terlihat jelas dari penelitian  Chen dan Volpe (1998) yang menunjukkan bahwa generasi muda dengan tingkat pengetahuan keuangan yang rendah cenderung memiliki pandangan yang salah tentang keuangan dan  melakukan kesalahan dalam pengambilan keputusan penentuan keuangan. Hal ini semakin menunjukkan pentingnya mengenalkan pendidikan  keuangan pada anak sedini mungkin. Anak mempunyai ciri yang sangat unik,  mempunyai keinginan untuk mengetahui sesuatu namun tetap mempunyai potensi untuk dibentuk dan dikembangkan sesuai dengan bakat dan kreatifitasnya. Memberikan pendidikan  keuangan yang baik dan berkualitas kepada anak-anak akan membantu mereka memiliki pola pikir yang cukup dan menginternalisasikan nilai-nilai pengetahuan keuangan sehingga berdampak besar ketika mereka tumbuh dewasa.

Tantangan kehidupan yang semakin global menuntut  sistem perekonomian suatu negara untuk terhubung dengan dunia. Selain itu, perubahan gaya hidup dan tuntutan  yang semakin  modern memaksa kita untuk mampu bersaing di dunia yang nyaris tanpa batas. Perubahan gaya hidup akibat meningkatnya kelas menengah di beberapa negara telah mengharuskan pengaturan pengelolaan keuangan. Dengan asumsi bahwa dunia akan terus berkembang dan maju, maka perlu adanya persiapan anak sejak dini  agar mereka memiliki bekal yang cukup untuk mengambil keputusan dan pengelolaan keuangan. Apalagi gaya hidup anak di era  modern  ini cenderung  mendekatkan mereka pada hal-hal yang  konsumtif. Hiburan di pusat perbelanjaan merupakan  hal yang lumrah, artinya anak-anak akan lebih sering berinteraksi dengan kegiatan jual beli, sehingga penting untuk memahami pengelolaan keuangan agar dapat membedakannya. Ini adalah kebutuhan dan bukan sekedar keinginan. .

Kebutuhan pendidikan keuangan anak  sangat penting tidak hanya untuk masa depan mereka tetapi juga untuk kehidupan anak saat ini yang  semakin kompleks. Dewan Nasional Pendidikan Ekonomi (NCEE) dan Dewan Nasional Ilmu Sosial (NCSS) menekankan bahwa semua anak harus memiliki pengetahuan ekonomi demi kepentingan tatanan ekonomi global, saat ini dan di masa depan.  Sefeldt et al. (2010) NCEE menyarankan agar semua anak  mampu:

Mengelola keuangan pribadinya.

Memahami dan mengapresiasi peranan pekerja dalam produksi barang dan jasa.

Terlibat dalam sistem perekonomian dan memahami cara kerjanya.

Berpikir kritis terhadap permasalahan ekonomi, merasa bertanggung jawab, memahami konsep  dasar perekonomian (produksi, distribusi, konsumsi), mengambil keputusan ekonomi, dan bernalar secara logis terhadap permasalahan terkini yang mempengaruhi kehidupannya.

Siap mengikuti kegiatan produksi ekonomi  untuk mempersiapkan karir  masa depan. Kebutuhan anak akan pendidikan  keuangan yang semakin mendesak memerlukan komitmen dan partisipasi aktif banyak pihak. Keluarga, komunitas pertama bagi anak, dan sekolah, komunitas pertama tempat anak berinteraksi dengan teman-temannya yang mungkin sangat berbeda dengannya, merupakan cara yang sangat efektif untuk menginternalisasikan nilai-nilai keuangan pendidikan pada anak. Proses penanaman nilai-nilai pendidikan  keuangan memerlukan proses yang panjang dan berkesinambungan. Proses yang tepat dan saling bergantung antara apa yang dicapai di keluarga dan di sekolah harus saling melengkapi dan mendukung.

Kesimpulan

Pendidikan  keuangan sudah menjadi  kebutuhan penting suatu negara. Saat ini implementasi pendidikan keuangan di Indonesia masih belum terlaksana secara maksimal, baik di tingkat keluarga maupun di tingkat sekolah. Mengingat pentingnya memberikan intervensi pendidikan keuangan kepada anak-anak yang akan sangat mempengaruhi tingkat kebahagiaan di masa depan, maka penerapan pendidikan  keuangan secara optimal harus dilaksanakan sedini mungkin agar lebih baik. Pada tahap yang masih berkembang, memberikan pendidikan keuangan kepada anak usia dini akan sangat efektif. Menanamkan nilai-nilai literasi keuangan yang benar sejak dini akan selalu tertanam dalam benak anak. Memahami dasar-dasar pendidikan  keuangan bagi anak akan membantu anak tumbuh  dengan pengetahuan finansial yang utuh dan memiliki landasan yang kokoh dalam memahami seputar permasalahan keuangan. Penerapan pendidikan literasi keuangan pada anak harus dilaukan sedini mungkin. keluarga menjadi gerda terdepan dalam menerapkan pendidikan literasi keuangan pada anak. Keluarga yang merupakan komunitas pertama dan yang menjadi orang – orang terdekat anak sangat signifikan untuk menanamkan nilai – nilai pendidikan literasi keuangan pada anak. Komitmen serta tanggung jawab orang tua menjadi hal yang sangat dibutuhkan agar penanaman nilai – nilei pendidikan literasi keuangan menjadi maksimal. Keterbukaan dan pemberian ruang diskusi yang cukup pada anak dalam membahas mengenai urusan finansial mutlak diperlukan agar anak tidak hanya menjadi obyek yang pasif tentang urusan finasial mereka. Peran sekolah juga sangat penting untuk menanamkan nilai – nilai pendidika literasi keuangan pada anak. Sekolah yang merupakan komunitas besar pertama anak serta lingkungan pertama anak dalam mengenal dunia luar sangat efektif untuk mengajarkan nilai – nilai pendidikan literasi keuangan pada anak. Untuk menerapkannya di sekolah diperlukan langkah-langkah yang sangat komprehensif agar proses pengajaran pengetahuan keuangan berjalan dengan baik. Mulai dari tingkat kurikulum sebagai dasar pengajaran, materi dan sumber daya yang tepat serta tenaga pengajar yang kompeten dan berdedikasi sangat diperlukan untuk kelancaran pelaksanaan pendidikan  keuangan di sekolah.

By Harits Ikbar   23 Oktober 2023