Jika penemuan sebelumnya sebuah alat Virtual Reality digunakan untuk melihat bagaimana isi bumi dan luar angkasa, berbeda dengan temuan baru yang dikemukakan oleh Ilmuwan asal Australa. Dengan latar belakang keinginannya untuk mengetahui bagaimana kekayaan mineral di Negaranya, ilmuwan ini membuat suatu virtual yang mengarah ke bumi. Teleskop virtual ini akan dirancang mengarah ke permukaan bumi hingga kedalaman 300 kilometer.
Teleskop virtual ini akan memberitahukan kepada kita mengenai keadaan di dalam tanah, dengan menggabungkan tentang informasi ilmiah yang kita miliki. Teleskop akan menyusun gelombang seismic yang dihasilkan oleh gempa bumi, informasi tentang konduktivitas listrik di bawah permukaan bumi, sampel yang disemburkan gunung berapi, serta simulasi dan eksperimen komputer lainnya. Hal ini dilakukan guna membuat gambar tiga dimensi yang akurat untuk bagian dalam Bumi hingga kedalaman 300 kilometer.
Para peneliti itu mengatakan kemungkinan akan ada peningkatan permintaan yang sangat besar untuk tembaga, kobalt, emas, mineral tanah yang langka dan logam khusus lainnya yang diduga sangat banyak namun tersembunyi di Australia. Dengan adanya teropong virtual ini, akan mempermudah untuk mengidentifikasi adanya mineral tersebut.
Profesor Sue O’Reilly dari Australian Academy of Science mengatakan, “Kita dapat memetakan geologi bagian dalam Bumi sama seperti kita sekarang memetakan permukaan Bumi dengan berjalan di atasnya dan langsung melihat bebatuan di hadapan kita. Kami ingin melakukan ini dengan cara virtual, jadi ini akan menjadi visibilitas virtual untuk bawah tanah Australia. Itu akan memungkinkan kita untuk memprediksi ke mana harus pergi dan memusatkan upaya eksplorasi, sehingga 90 persen kerja keras yang memakan waktu dan memakan biaya itu dilakukan untuk kita dengan menggunakan model komputasi dan geologi dinamis.”
Ilmuwan Australia menganalisis adanya kenaikan hingga 50 kali lipat permintaan global untuk kobalt di tahun 2030, sehingga mereka takut jika Australia tidak mandiri dalam logam strategis ini, komponen kunci baterai lithium-ion yang menggerakkan perangkat elektronik dan mobil listrik negara itu mungkin akan menghadapi kenaikan harga yang tinggi dan kekurangan yang kronis.
Diperkirakan sekitar 300 perusahaan di seluruh dunia kini aktif mencari cadangan kobalt yang baru. Rencana yang diperjuangkan oleh Australian Academy of Science ini juga menyorot kelemahan sistem pendidikan Australia dalam bidang ilmu bumi, dan kebutuhan untuk membina ilmuwan generasi baru. Tujuan akademi itu adalah untuk mempromosikan sains dan pendidikan sains.

https://www.voaindonesia.com

Kategori:

Jika penemuan sebelumnya sebuah alat Virtual Reality digunakan untuk melihat bagaimana isi bumi dan luar angkasa, berbeda dengan temuan baru yang dikemukakan oleh ilmuwan asal Australia. Berlatar belakang keinginannya untuk mengetahui bagaimana kekayaan mineral di negaranya, ilmuwan ini membuat suatu virtual yang mengarah ke bumi. Teleskop virtual ini akan dirancang mengarah ke permukaan bumi hingga kedalaman 300 kilometer.

Teleskop virtual ini akan memberitahukan kepada kita mengenai keadaan di dalam tanah, dengan menggabungkan tentang informasi ilmiah yang kita miliki. Teleskop akan menyusun gelombang seismic yang dihasilkan oleh gempa bumi, informasi tentang konduktivitas listrik di bawah permukaan bumi, sampel yang disemburkan gunung berapi, serta simulasi dan eksperimen komputer lainnya. Hal ini dilakukan guna membuat gambar tiga dimensi yang akurat untuk bagian dalam Bumi hingga kedalaman 300 kilometer.

Para peneliti itu mengatakan kemungkinan akan ada peningkatan permintaan yang sangat besar untuk tembaga, kobalt, emas, mineral tanah yang langka dan logam khusus lainnya yang diduga sangat banyak namun tersembunyi di Australia. Dengan adanya teropong virtual ini, akan mempermudah untuk mengidentifikasi adanya mineral tersebut.

Profesor Sue O’Reilly dari Australian Academy of Science mengatakan, “Kita dapat memetakan geologi bagian dalam bumi sama seperti kita sekarang memetakan permukaan bumi dengan berjalan di atasnya dan langsung melihat bebatuan di hadapan kita. Kami ingin melakukan ini dengan cara virtual, jadi ini akan menjadi visibilitas virtual untuk bawah tanah Australia. Itu akan memungkinkan kita untuk memprediksi ke mana harus pergi dan memusatkan upaya eksplorasi, sehingga 90 persen kerja keras yang memakan waktu dan memakan biaya itu dilakukan untuk kita dengan menggunakan model komputasi dan geologi dinamis”.

Ilmuwan Australia menganalisis adanya kenaikan hingga 50 kali lipat permintaan global untuk kobalt di tahun 2030, sehingga mereka takut jika Australia tidak mandiri dalam logam strategis ini, komponen kunci baterai lithium-ion yang menggerakkan perangkat elektronik dan mobil listrik negara itu mungkin akan menghadapi kenaikan harga yang tinggi dan kekurangan yang kronis.

Diperkirakan sekitar 300 perusahaan di seluruh dunia kini aktif mencari cadangan kobalt yang baru. Rencana yang diperjuangkan oleh Australian Academy of Science ini juga menyorot kelemahan sistem pendidikan Australia dalam bidang ilmu bumi, dan kebutuhan untuk membina ilmuwan generasi baru. Tujuan akademi itu adalah untuk mempromosikan sains dan pendidikan sains.

Sumber : www.voaindonesia.com


0 Komentar

Tinggalkan Balasan

Avatar placeholder

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.