Kesekretariatan, Surat Menyurat, dan Keorganisasian
Nalari atau singkatan dari Nalar Ilmiah merupakan salah satu program kerja dari divisi PSDA KPM UNJ. Nalari kali ini adalah Nalari pertama yang diselenggarakan oleh kepengurusan KPM periode 2016. Tema Nalari yang diselenggarakan pertama kalinya ini adalah Kesekretariatan dan Keorganisasian. Sesuai dengan tema, narasumber yang diundang diantaranya adalah Asep Firdaus, APMP selaku Biro Kestari, Zahrina Firda, APMM selaku Sekretaris Umum, dan Mochamad Aldi Mauluddin, APMM selaku ketua KPM Periode 2015.
Kegiatan ini dimulai pada pukul 17.00 WIB, dibuka oleh MC sekaligus moderator yaitu Denawati Junia, APMP salah satu staff divisi PSDA. Materi pertama disampaikan oleh Asep Firdaus (Biro Kestari). Asep menjelaskan mengenai berbagai kebijakan Kesekretariatan yang diberlakukan pada kepengurusan tahun ini, diantaranya adalah ketentuan piket, peraturan ketika ada di sekretariat, teknis peminjaman buku, dll.
Materi Kedua adalah teknik surat menyurat dan proposal kegiatan oleh Zahrina Firda (Sekretaris Umum). Zahrina Firda atau yang akrab dipanggil Firda di kesempatan kali ini menjelaskan mengenai teknik bagaimana membuat surat dan proposal kegiatan di KPM UNJ. Terdapat banyak sekali ketentuan yang harus diperhatikan oleh si pembuat surat, diantaranya membuat nomor surat secara benar, karena didalam nomor surat itu sendiri terdapat kode-kode yang berbeda peruntukannya.
Selanjutnya materi ketiga disampaikan setelah ibadah shalat Maghrib oleh Moch. Aldi Mauluddin (Ketua KPM UNJ 2015). “Organisasi itu ibarat sebuah pulau, dimana keindahan pulau tersebut akan ditentukan oleh berjalan baik atau tidaknya unsur-unsur yang terdapat di pulau tersebut.”, Kata Aldi sembari memperlihatkan gambar pulau yang indah di powerpointnya. Aldi memaparkan definisi organisasi dari berbagai sudut pandang. Selain itu, Aldi juga menjelaskan mengenai bagaimana organisasi dapat membentuk skill (soft ataupun hard) seseorang didalamnya dan bahwa organisasi dapat dijadikan ajang pembelajaran didunia nyata.
Setelah ketiga materi selesai dipaparkan oleh masing-masing narasumber, dibukalah sesi tanya jawab. Semua peserta sangat antusias dalam menggali ilmu, sehingga timbul banyak sekali pertanyaan dari para peserta. Para narasumber pun menjawab dengan penuh semangat. Kegiatan ini ditutup sekitar pukul 19.00 WIB. Terhitung sampai akhir terdapat 29 orang yang hadir dalam Nalari kali ini. Walaupun Sekretariat KPM terasa sangat sesak saat itu karena banyak peserta yang hadir, tapi tetap tak mengurangi semangat kami untuk menimba ilmu. Sampai jumpa di Nalari berikutnya. Terima Kasih. KPM, meneliti membangun bangsa!!!
Pendahuluan Penelitian, BAB I, II, dan III
Tema Nalari yang kedua ini adalah tentang Pendahuluan Penelitian Bab I,II, dan bab III serta Pendahuluan Deskriptif. Sesuai dengan tema, narasumber yang diundang adalah Dwi Oktaviani, APMM selaku Kadiv PSDA 2015.
Kegiatan ini dimulai pada pukul 17.00 WIB. Savira APMP atau akrab dipanggil vira bertindak sebagai MC dari salah satu staff P2EK, kemudian setelah Vira membuka kegiatan dan menyebutkan cv moderator. Kegiatan diserahkan kepada moderator yaitu saudara M. Nurilman Baehaqi APMM dari staff PSDA. Sebelum memulai materi, kak Via yang akrab dipanggil menyapa para peserta nalari dengan jargon unggulan KPM yaitu “ Meneliti Membangun Bangsa” kemudian mempersilahkan beberapa peserta untuk menceritakan pengalamannya seputar penelitian atau karya ilmiah yang pernah dibuat, dan mempersilahkan peserta selain anggota KPM untuk memperkenalkan diri.
Materi yang disampaikan adalah tentang pendahuluan penelitian bab I,II, dan III. Sebelumnya para peserta terlebih dahulu mengisi pre-test yang diberikan. Setelah selesai mengerjakan pre – test kak Via menjelaskan dengan detail mulai dari apa itu penelitian, apa saja yang ada di bab I, II, dan III dengan disertai contoh penulisan pada karya ilmiah. Selanjutnya kak Via menjelaskan tentang apa itu penelitian deskriptif, perbedaan antara metode kualitatif dan kuantitataif. Kemudian kak Via juga tidak hanya memberikan penjelasan tentang materi saja tetapi juga memberikan sebuah tips dalam menentukan sebuah judul, dan kalimat awal dalam latar belakang. Yaitu harus menarik, topik yang sedang beredar di masyarakat, dan harus jelas.
Setelah materi selesai dipaparkan oleh narasumber, dibukalah sesi tanya jawab. Para peserta sangat antusias dalam menggali ilmu sehingga banyak sekali pertanyaan kreatif dari peserta. Narasumber menjawab banyaknya pertanyaan dengan senyum dan penjelasan yang jelas juga tepat. Kegiatan ini ditutup sekitar pukul 19.00 WIB dengan di akhiri foto bersama dengan narasumber. Terhitung sampai akhir terdapat 35 orang peserta yang hadir di kegiatan nalari ke dua. Kegiatan Nalari kedua ini banyak dihadiri peserta dari luar keanggotaan KPM. Semangat menimba ilmu untuk membangun bangsa yang lebih baik. Sampai jumpa di Nalari selanjutnya, terbuka untuk umum dan bebas biaya. Terima kasih “ KPM, Meneliti Membangun Bangsa”.
Redaksi Penelitian
Nalari ke-3 dilaksanakan pada tanggal 16 Maret 2016 pukul 17.00. Nalari ini dihadiri sebanyak 29 orang, dan dilaksanakan di gedung Dewi Sartika atau yang biasa disebut dengan IDB 2.
Seluruh peserta nalari sangat antusias karena nalari kali ini akan membahas mengenai bagaimana menggunakan redaksi penelitian yang baik. “menulislah, maka kau tidak akan terhapus sejarah. Karena menulis adalah bekerja untuk keabadian”, benar sekali, salah satu yang bisa menjadi sumber tulisan yaitu hasil dari penelitian, baik berupa artikel maupun laporan hasil penelitian. Dan sesuatu yang berkembang itu tak lepas dari redaksi penelitian.
Ciri – ciri ragam bahasa baku yang dipakai dalam penelitian adalah sebagai berikut :
- Penggunaan kaidah tata bahasa normatif. Misalnya dengan penerapan pola kalimat yang baku: acara itu sedang kami ikuti dan bukan acara itu kami sedang ikuti.
- Penggunaan kata-kata baku. Misalnya cantik sekali dan bukan cantik banget; uang dan bukan duit; serta tidak mudah dan bukan nggak gampang.
- Penggunaan ejaan resmi dalam ragam tulis. Ejaan yang kini berlaku dalam bahasa Indonesia adalah ejaan yang disempurnakan (EYD). Bahasa baku harus mengikuti aturan ini.
- Penggunaan lafal baku dalam ragam lisan. Meskipun hingga saat ini belum ada lafal baku yang sudah ditetapkan, secara umum dapat dikatakan bahwa lafal baku adalah lafal yang bebas dari ciri-ciri lafal dialek setempat atau bahasa daerah. Misalnya: /atap/ dan bukan /atep/; /habis/ dan bukan /abis/; serta /kalaw/ dan bukan /kalo/.
- Penggunaan kalimat secara efektif. Di luar pendapat umum yang mengatakan bahwa bahasa Indonesia itu bertele-tele, bahasa baku sebenarnya mengharuskan komunikasi efektif: pesan pembicara atau penulis harus diterima oleh pendengar atau pembaca persis sesuai maksud aslinya.
0 Komentar